Mister_PT. Diberdayakan oleh Blogger.

PASIR

pergilah sejauh langkahmu, tetapi jejakmu yang tersisa di sini, tak akan pernah kuhapus

ada sebuah labirin waktu yang membuat
seluruh langkahku tersesat begitu jauh
kesumat itu memang telah menjadi duri
penyekat setiap helaan napas
untuk membuka selapangan dada

apakah aku berpaling atau tidak
tak lagi menjadi soal bagimu
sebab kutahu namamu telah menjadi
sebuah oase di lubuk dadaku
di mana aku sewaktu-waktu
dapat membasuh rasa rindu itu

pergilah sejauh langkahmu
tetapi jejakmu yang tersisa di sini
tak akan pernah kuhapus
dan biarkan menjadi milikku
untuk membuatku selalu tersenyum
jika aku tak salah mengambil pilihan

dan aku tak pernah bertanya
kapan kau kembali
sebab kau memang tak pernah pergi 

KAUKAH WANITA ITU

Engkau menyala dalam kegelapan
Engkau berbisik dalam keheningan
Engkau gagah dalam kelembuatan
Engkau bisa bicara tanpa suara

Ketika pidana datang menghardik cinta
Engkau patuh pada takdirNya
Ketika pria ini menangis dan resah
Engkau hadir dengan pelukan

Engkau yang ku nanti
Engkau sederhana, namun tidak sesederhana kata
Ketika pria ini gelisah dan merasa sendiri
Engkau melengkapinya dengan menjadi bagian darinya

Engkau bangga dengan pria ini
Ketika susah atau senang engkau berbicara dengan setiap indra yang ada
Engkau selalu hormat dengan ia yang engkau banggakan meski kecil
Engkau tak merasa kecewa memilih pria ini meski hanya seperti ini.

Engkau kah wanita ini, semoga saja iya.

Oleh Armedhia
Ponorogo, 11 November 2016.

SYUKUR

Aku menyadari satu hal, kini.
Diam membisu itu perlu.

Bukan karena apa-apa. Hanya saja pengharapan tak selalu harus seperti kenyataan adanya.

Pengharapan tak harus selalu hadir ketika sedang berusaha menggapai apa yang disebut mimpi atau apa yang diidamkan dengan teramat sangat.

Aku hanya perlu menerima. Hanya perlu bersyukur tiada henti. Atas apa-apa yang telah terjadi. Bukankah semua tetap berjalan sebagaimana mestinya?
Aku hanya perlu memahami bahwa segalanya terjadi dengan alasan yang teramat baik. Apapun yang sedang terjadi hanya perlu diterima lengkap dengan segala rasa yang turut menemani.

Berhenti untuk memiliki prasangka atau praduga terhadap hal-hal yang telah tertulis.

Haruslah cukup bijak untuk memaknai hari ini. Bukan terus terpaku seperti ini, syukurku untuk hari ini.

SUA

Hampir aku putus asa
Lantaran hitam putih yang tak teruraikan
Larut keringat dan air hujan
Atau air mata resah karena waktu

Berpaculah roda-roda menemaniku
Hanya bertumpu pada kuda besi reot ini
Berkelok-kelok,
Meliuk-liuk tanpa peduli pengendara lain

Gelisah,
Kilatan langit seperti menyambuk keyakinanku.
Namun, aku terus berjalan
Karena bahagia yang aku semoga kan setelahnya.. Tiada kata yang ingin dijelaskan,
Hanya sebentar saja aku ingin bersua
Tak ada kepastian, tapi Tuhan Maha Mengabulkan
Akhirnya...

MUTIARA

Malam itu bintang pun bersembunyi diantara awan, riuh hadirnya manusia membuat bulan tak berani menampakkan diri. Tak memedulikan bintang, bulan, dan kehadiran manusia, saat ini aku bercerita tentang seseorang yang baru aku kenal.
Saat pertemuan itu terjadi, adalah aku yang mengoceh tentang hikayat sebuah kesenian dan banyak hal yang unik menurutku. Melihat antusiasnya dan cara ia menghargai setiap ejaan ku, membuat kebahagiaan tersendiri.
Namanya mutiara, ia datang jauh-jauh dari ibu kota bersama ayahnya, memenuhi kewajiban bersama kelompok seni tari dari daerahnya, membuatku tertegun sejenak. Saat itu kita bercerita tiada henti sampai gemuruh kembang api di malam itu menghentikan perbincangan kita.
Rona wajah dan binar matanya tak mampu membohongi kebahagiaannya, Semua wajah saat itu mendongak ke langit, mungkin hanya aku yang melihat dirinya yang baik. Sampai satu waktu kita bercanda, kelakuan jailnya, mungkin yang membuat malam itu lengkap.
Malam itu, panggung, kembang api, langit, bulan, bintang adalah saksi bisu kita pernah bertemu. Tak sampai hati aku ingin bertanya tentang kesehariannya, namun waktu memaksa kita untuk pulang.
Aku berikan sedikit kenangan dari ku supaya jika berkunjung lagi ia bisa mencari diriku di tempat rantau.
Sampai bertemu kembali mutiara.